Kita tidak menemukan kejanggalan dalam Al-Qur’an mengenai konsep “hari” di sisi Tuhan. Secara tegas, dua kali Allah berfirman dalam Al-Qur’an menyangkut “hari” di sisi-Nya:
[QS.22:47] Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
[QS.32:5] Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Menurut dua ayat Al-Qur’an di atas, satu “hari” di sisi Allah adalah seperti seribu tahun menurut perhitungan manusia. Ringkasnya, menurut Al-Qur’an, konsep “hari” di sisi Allah berbeda dengan konsep “hari” menurut perhitungan manusia dimana satu “hari” lamanya hanya 12 jam saja.** Dan ini cukup logis mengingat Allah tidak bertempat tinggal di bumi, tetapi di atas ‘Arasy (QS.13:2; 20:5), sehingga tidak perlu “hari”-Nya dihitung berdasarkan terbit-terbenamnya matahari seperti manusia menghitung lamanya hari. Matahari, hanyalah salah satu bintang dari milyaran bahkan trilyunan bintang yang diciptakan-Nya.
HARI TUHAN DALAM ALKITAB
Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai konsep “hari” di sisi Tuhan menurut Alkitab, maka ayat-ayat Alkitab yang berkenaan dengan “hari” Tuhan disuguhkan di bawah ini:
Kitab Keluaran:
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
(Harap baca juga Kitab Keluaran 31:12-18).
Menurut catatan Alkitab dalam Kitab Keluaran 20:11 di atas, dinyatakan bahwa “enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi dan segala isinya dan Tuhan berhenti bekerja pada hari ketujuh”. Karena itulah “Tuhan memberkati hari Sabat (Sabtu) dan menguduskannya”.
Tak bisa dibantah lagi, menurut Kitab Keluaran di atas, Tuhan menciptakan langit dan bumi dan segala isinya selama enam “hari” yang lamanya sama persis seperti “hari” menurut perhitungan manusia, yakni 12 jam.
Dijelaskan dalam ayat-ayat Kitab Keluaran di atas, bahwa “Tuhan berhenti pada hari ketujuh”, yakni pada hari Sabat atau hari Sabtu. Sehingga, “enam hari penciptaan langit dan bumi dan segala isinya” adalah Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat.
Jadi, sekali lagi, konsep “hari” di sisi Tuhan menurut Alkitab adalah sama dengan konsep “hari” menurut perhitungan manusia, yakni selama 12 jam saja.
KEMUSTAHILAN HARI TUHAN DALAM ALKITAB
Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, bahwa satu “hari” di sisi Tuhan menurut Alkitab adalah sama dengan satu “hari” menurut perhitungan manusia, maka ayat-ayat Alkitab di bawah ini yang menunjukkan kemustahilan “hari” Tuhan harus disuguhkan berikut ini:
Kitab Kejadian:
1:3. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.
1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
1:14. Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian.
1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
2:1. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa manusia menghitung lamanya “hari” berdasarkan terbit dan terbenamnya matahari terhadap bumi. Terbit dan terbenamnya matahari ini, tidak lain disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya (rotasi) terhadap matahari, sehingga terjadilah apa yang disebut siang dan malam.
Sehubungan dengan hal tersebut, catatan Alkitab dalam Kitab Kejadian di atas menunjukkan kemustahilan “hari” Tuhan dalam Alkitab.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa satu “hari” di sisi Tuhan dalam Alkitab adalah sama dengan satu “hari” menurut perhitungan manusia, maka Kejadian 1:3-5 menunjukkan kemustahilan “hari” Tuhan. Menurut Kejadian 1:5, Tuhan menciptakan siang dan malam pada “hari” pertama, yakni Minggu. Padahal, menurut Kejadian 1:16, matahari, yang menjadi penyebab terjadinya siang dan malam, baru diciptakan pada “hari” keempat atau Rabu. Lebih jauh, bagaimanakah Alkitab menetapkan “hari” pertama (Minggu), kedua (Senin), dan ketiga (Selasa) pada tahapan penciptaan langit dan bumi, sementara matahari baru diciptakan pada “hari” keempat (Rabu)?
Lebih jauh lagi, Tuhan tidak bertempat tinggal di bumi, tetapi di suatu tempat yang tidak dapat dijangkau oleh manusia. Kita bisa membayangkan, betapa luasnya jagat raya ini, ada milyaran bahkan trilyunan bintang atau “matahari” di jagat raya ini. Bagaimana mungkin satu “hari” di sisi Tuhan sama dengan 12 jam seperti perhitungan manusia? Memangnya Tuhan bertempat tinggal di bumi sampai hari kiamat? Menurut banyak ayat dalam Alkitab (al. Matius 5:16), Tuhan bertempat tinggal di sorga. Pertanyaannya, apakah di sorga ada matahari sehingga lamanya “hari” Tuhan sama dengan lamanya “hari” manusia di bumi?
Dengan demikian, maka konsep “hari” Tuhan yang semula dianggap remeh oleh para pembaca Alkitab, sekarang menemukan identitasnya, yaitu bahwa Alkitab sama sekali bukan firman Allah, tetapi merupakan karangan manusia yang masih sangat terbatas wawasannya pada waktu itu khususnya menyangkut ilmu ruang angkasa. Akankah kita beriman pada kemustahilan catatan Alkitab seperti ini?
Keterangan:
**12 jam adalah perkiraan lamanya waktu dalam sehari di bumi, yang perhitungannya diambil dari zone waktu sepanjang garis katulistiwa.
buy sildenafil online